Candi Tertua Sumatera


Candi Muara Takus ini adalah peninggalan Sejarah Kerajaan Budha Sriwijaya. Candi Tertua dan Terbesar di Sumatra "Candi Muara Takus", Tempat beribadah umat Budha ini dikelilingi oleh tembok yang berukuran 74 x 74 meter, yang terbuat dari batu putih dengan tinggi tembok ± 80 cm.

Di luar arealnya terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer, mengelilingi kompleks ini sampal ke pinggir Sungai Kampar Kanan. Di dalam kompleks ini terdapat beberapa bangunan candi yang disebut dengan Candi sulung /tua, Candi Bungsu, Mahligai Stupa dan PalangkaPara Pakar Purbakala belum bisa menentukan kepastian kapankah candi ini didirikan, Namun Candi ini adalah salah satu bukti sejarah zaman keemasan Sriwijaya. Sehingga ada sejarahwan menganggap daerah ini adalah Pusat Pemerintahan Sang Sriwijaya.




Yak, setelah melalui pendahuluan diatas penulis ingin membagikan sedikit pengalaman. Candi ini cocok sebagai tempat santai bila mana kondisi suntuk melanda dan hanya memiliki 1 orang yang selalu ada disisimu. Hari biasa pun tidak terlalu ramai. Nah, kalau gerah. Sebelum menuju Candi ada air terjun loh, akan ada dipostingan kami selanjutnya. 

Candi Muara Takus

Sejarah Candi Muara Takus

Asal Muara Takus menurut penelitian literatur Candi Muara Takus pada tahun 1960 berasal dari nama anak sungai yang bermuara ke Batang Kampar Kanan, dan ada pendapat lain menyatakan bahwa menurut Duta Besar Singapura tahun 1977.

"Muara" berarti tempat dimana sebuah sungai mengakhiri alirannya ke laut atau kesungai yang lebih besar.
"Takus" berasal dari bahasa China yang artinya : TA = Besar, KU = Tua, SE = Candi
Jadi Muara Takus adalah Candi Tua yang besar terletak di Muara Sungai. 

Candi Muara takus adalah candi Buddha. Kenapa? karena terlihat dari adanya Stupa, yang meruapakan lambang Buddha Gautama. Ada juga pendapat Candi Muara takus ini campuran. Campuran Buddha dan Siwa. Karena bentuk Candi Mahligai, salah satu di komplek candi Muara Takus menyerupai bentuk Lingga (Kelamin Laki-Laki) dan Yoni (Kelamin Perempuan) dan Arsitekturnya memiliki kesamaan dengan candi-candi di Myanmar.

Nah Ceritanya Seperti ini :
Candi Muara Takus ditemukan pada tahun 1860 oleh Cornet De Groot ditulis dengan judul "KOTO CANDI" dan dimuat dalam "Tijdschrift voor Indische Taal, Land en Volkenkunde". Kemudian

G Du Ruy Van Best Holle menulis dengan judul "beschrijving Van de Hindoe, cudheden te Muara Takus" dan dimuat dalam "Tijdschrift voor Indische Taal, Land en Volkenkunde".

Tahun 1880 W.P. Groneveld asal Belanda melakukan penilitian terhadap gugusan candi Muara Takus dan hasilnya bahwa candi Muara Takus bangunan purbakala Buddha yang terdiri dari beberapa biara dan candi.

Dan ditahun yang sama R.D.M Verbeek & E.TH. Van Delden melalui hasil rujukan dan referensi Groneveld melakukan ekspedisi ke Muara Takus dan mereka mebuat jalan dari payakumbuh ke Muara Takus yang terletak disebelah barat Sungai Kampar Kanan. Mereka menemukan sebuah tembok keliling yang mengelilingi Komplek Percandian Muara Takus dan pada tahun 1881. Lalu Verbeek dan Van Delden menulis pendapatnya tentang keberadaan Candi Muara Takus dengan judul "De Hindow Ruinen Bij Moeara Takoes aan De Kampar Rivier" dan dimuat dalam Verhandelingen van Hat bat Genootschap.

Tahun 1889 J.W. YZERMAN melakukan pengukuran dibantu oleh Ir. TH.A.F.Delprat dan Opziter (sinder) H.L Leijdie Melville yang bertugas sebagai juru photo. Ekspedis ini ni mendapat bantuan dari Kontelir J. Van Zon yang berkedudukan di Payakumbuh untuk mengangkut beban sampai ke tempat tujuan.

Namun, ekspedisi J.W. Yzerman tidak menempuh perjalanan seperti ekspedisi-ekspedisi sebelumnya yaitu dari Lubuk Limpatu melewati lembah batu karang harau, tetapi dari sari lamak terus ke lembah air putih yang memiliki pemandangn yang indah sampai ke Lubuk bangkuang. Dahulu perjalanan ke Muara Takus sangat sulit, dari Koto Baru ke Batu Bersurat dengan menaiki kuda beban.,,J.W. YZERMAN dan Ir. TH.A.F.Delprat menulis dan mebuat kesimpulan sebagai berikut :
"Muara Takus terletak pada belokan Batang Kampar Kanan arealnya mencapai 1,25km2, dibagian tengah terdapat jalan setapak dari Muara Takus ke Tanjung, dekat jalan tersebut terdapat puni-puing bangunan lama. Gugusan Candi Muara Takus dilingkari oleh dinding tembok empat persegi berukuran 74 x 74 meter yang terbuat dari batu pasir (tuff) yang tingginya 1 meter. Semula Yzerman menyangka terbuat dari tanah,tetapi setelah dikupas ternyata terbuat dari batu pasir putih yang disusun, Di tengah lapangan terdapat tumpukan  batu dan kayu bekas bangunan tempat biksu. Di Kompleks percandian Yzerman melihat : Stupa (Candi Mahligai), Teras Tinggi disebelah Timur Stupa (Candi Palangka), Candi Bungsu dengan teras yang mempunyai batas antara batu bata dan batu pasir, Candi Tua"

Tahun 1935 DR. F.M. SCHNITGER melakukan penggalian terhadap pintu gerbang didinding utara, pondasi bangunan Candi. ditemukan Batu bata yang berbentuk Lotus dan didalamnya terdapat abu dan lempengan emas yang bercampur tanah, dilempengan emas tersebut terdapat gambar trisula dan tulisan yang berbentuk huruf nagari pada bangunan Candi Bungsu, dan menurutnya teras Candi bungsu, Cani tua Bagian dalam berasal dari abad XI dan Candi mahligai dan Candi Tua bagian luar diperkirakan direkonstruksi pada abad XII. Di bagian puncak menara Candi mahligai dihiasi empat ekor arca singa pada tiap sudutnya, sedangkan pada teras Candi bungsu terdapat 20 buah stupa kecil dan wajra-wajra yang bertuliskan tiga hingga sembilan huruf.

Pada saat itu, ia sempat heran melihat kedatangan segerombolan gajah ke candi tersebut yang terjadi pada malam bulan purnama. Segerombolan gajah tersebut seperti hendak melakukan ziarah. Ada pihak-pihak yang menghubungkan kejadian ini dengan aspek mistik candi yang fenomenal ini. (Tahun 2005 penulis kecandi ini masih banyak taik gajah, tapi pada tahun 2014 udah keren tak nampak gajah). Namun sebenarnya, hal ini tak lebih dari fakta bahwa posisi dan letak dari Candi Muara Takus tersebut memang berada di daerah sekitar lintasan dan permainan gajah. 

Batu tulis dari Candi Bungsu di Muara Takus
Pada tahun 1973 Ben Bronson dan Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional Jakarta melakukan penggalian pagar keliling gugusan candi muara takus, dari hasil penggalian tersebut ditemukan keramik yang umurnya lebih tua dari masa Dinasti Yuan Ming dan Ching yaitu antara abad XIII dan XIX. kemudian juga ditemukan fragmen yang terbuat dari perunggu dengan tulisan nagaru yang berasal dari abad VII dan XII yang dapat dihubungkan dengan Raja Karta nagara dengan ekpedisi Pamalayunya.

Hingga kini sejarah dan misteri candi muara Takus belum terpecahkan,walau sudah banyak dilakukan ekspedisi dan penelitian mengenai Candi Muara Takus. Namun keberadaan Candi Muara Takus selalu dihubungkan dengan keberadaan Kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Melayu. Dan hingga kini keberadaan Candi Muara Takus menjadi debat kusir para ahli sejarah dan peneliti, ada yang berpendapat bahwa Candi Muara Takus adalah pusat Kerajaan Sriwijaya dan bahkan beberapa ahli dan peneliti mengatakan keberatan jika Kedatuan Sriwijaya berada di Sumatera Selatan.  Namun tentunya ini semua masih memerlukan kajian dan penelitian yang lebih lanjut lagi untuk membuktikan sejarah,asal usul dan keberadaan Candi Muara Takus serta hubungannya dengan sejarah dan tugas kita saat ini adalah bagaimana caranya agar Candi Muara Takus awet dan tetap ada hingga mampu menjadi daya tarik Wisata Riau. (sumber : http://www.riaudailyphoto.com/2013/05/sejarah-candi-muara-takus.html)

Yaa itulah Sejarahnya. Saatnya kita mengenal Kekerenan Candi Muara Takus

Candi Mahligai

Candi Mahligai


Candi Mahligai atau Stupa Mahligai, Bangunan yang paling utuh dan terdiri atas tiga bagian yaitu kaki, badan, dan atap. Stupa ini memiliki pondasi berdenah persegi panjang dan berukuran 9,44 m x 10,6 m, serta memiliki 28 sisi yang mengelilingi alas candi dengan pintu masuk berada di sebelah Selatan. Pada bagian alas tersebut terdapat ornamen lotus ganda, dan di bagian tengahnya berdiri bangunan menara silindrik dengan 36 sisi berbentuk kelopak bunga pada bagian dasarnya. Bagian atas dari bangunan ini berbentuk lingkaran. Bangunan ini diduga mengalami dua tahap pembangunan. Dugaan in didasarkan pada kenyataan bahwa di dalam kaki bangunan yang sekarang terdapat profil kaki bangunan lama sebelum bangunan diperbesar.

Candi Tua

Candi Tua

Candi Tua atau Candi Sulung merupakan bangunan terbesar di antara bangunan lainnya di dalam situs Candi Muara Takus. Bangunan ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kaki, badan, dan atap. Bagian kaki terbagi dua. Ukuran kaki pertama tingginya 2,37 m sedangkan yang kedua mempunyai ketinggian 1,98 m. Tangga masuk terdapat di sisi Barat dan sisi Timur yang didekorasi dengan arca singa. Lebar masing-masing tangga 3,08 m dan 4 m. Dilihat dari sisa bangunan bagian dasar mempunyai bentuk lingkaran dengan garis tengah ± 7 m dan tinggi 2,50 m. Ukuran pondasi bangunan candi ini adalah 31,65 m x 20,20 m. Pondasi candi ini memiliki 36 sisi yang mengelilingi bagian dasar. Bagian atas dari bangunan ini adalah bundaran. Tidak ada ruang kosong sama sekali di bagian dalam Candi Sulung. Bangunan terbuat dari susunan bata dengan tambahan batu pasir yang hanya digunakan untuk membuat sudut-sudut bangunan, pilaster-pilaster, dan pelipit-pelipit pembatas perbingkaian bawah kaki candi dengan tubuh kaki serta pembatas tubuh kaki dengan perbingkaian atas kaki. Berdasarkan penelitian tahun 1983 diketahui bahwa candi ini paling tidak telah mengalami dua tahap pembangunan. Indikasi mengenai hal ini dapat dilihat dari adanya profil bangunan yang tertutup oleh dinding lain yang bentuk profilnya berbeda.

Candi Bungsu


Candi Bungsu bentuknya tidak jauh beda dengan Candi Sulung. Hanya saja pada bagian atas berbentuk segi empat. Ia berdiri di sebelah barat Candi Mahligai dengan ukuran 13,20 x 16,20 meter. Di sebelah timur terdapat stupa-stupa kecil serta terdapat sebuah tangga yang terbuat dari batu putih. Bagian pondasi bangunan memiliki 20 sisi, dengan sebuah bidang di atasnya. Pada bidang tersebut terdapat teratai. Penelitian yang dilakukan oleh Yzerman, berhasil menemukan sebuah lubang di pinggiran padmasana stupa yang di dalamnya terdapat tanah dan abu. Dalam tanah tersebut didapatkan tiga keping potongan emas dan satu keping lagi terdapat di dasar lubang, yang digores dengan gambar-gambar tricula dan tiga huruf Nagari.

Di bawah lubang, ditemukan sepotong batu persegi yang pada sisi bawahnya ternyata digores dengan gambar tricula dan sembilan buah huruf. Bangunan ini dibagi menjadi dua bagian menurut jenis bahan yang digunakan. Kurang lebih separuh bangunan bagian Utara terbuat dari batu pasir, sedangkan separuh bangunan bagian selatan terbuat dari bata. Batas antara kedua bagian tersebut mengikuti bentuk profil bangunan yang terbuat dari batu pasir. Hal ini menunjukkan bahwa bagian bangunan yang terbuat dari batu pasir telah selesai dibangun kemudian ditambahkan bagian bangunan yang terbuat dari bata.

Candi Palangka

Candi Palangka

Bangunan candi ini terletak di sisi timur Stupa Mahligai dengan ukuran tubuh candi 5,10 m x 5,7 m dengan tinggi sekitar dua meter. Candi ini terbuat dari batu bata, dan memiliki pintu masuk yang menghadap ke arah utara. Candi Palangka pada masa lampau diduga digunakan sebagai altar.
(sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Muara_Takus)



Akses Menuju Candi Muara Takus
Lokasi tepatnya terletak di desa Muara Takus, Kecamatan XII Koto Kabupaten Kampar, Riau. Candi ini berjarak tempuh kurang lebih 135 Km dari Kota Pekanbaru. Dari Pekanbaru melalui jalan ke Bangkinang sampai ketemu Persimpangan di Jembatan Rantau Berangin. Ambil jalan Kekiri dan ikuti jalan tersebut. Setelah melewati PLTA tidak jauh lagi sampai Digerbang Desa Muara Takus. Jalan masuk kedalam tidak semulus jalan lintas. tetapi masih aspal.

0 Response to "Candi Tertua Sumatera"

Posting Komentar